KAYA – MISKIN – BAIK – JAHAT
Empat kata, kaya, miskin, baik dan jahat, seringkali oleh banyak orang diasosiasikan menjadi paduan kata yang keliru, tergantung paradigma dan kondisi seseorang. Orang yang kaya bisa jadi menganggap orang kaya itu baik dan orang miskin itu jahat. Sebaliknya orang yang miskin menganggap orang miskin itu baik dan orang kaya itu jahat. Masing-masing pihak memiliki paradigma demikian tidak lepas dari pengalaman pahit yang dialaminya. Si kaya pernah mengalami kejadian pahit, entah itu dicopet, ditodong, dirampok atau ditipu yang kebetulan pelaku kejahatan itu adalah orang miskin. Demikian juga si miskin, pernah mengalami kejadian pahit, entah itu rumah yang kena gusur gara-gara akan dibangun mall atau ”dinomor-duakan” dalam pelayanan umum seperti layanan rumah sakit atau layanan pendidikan/sekolah dan ia tahu nomor satunya adalah orang kaya. Masing-masing ”men-generalisir” kejadian pahitnya itu berlaku untuk hampir semua kejadian. Jadilah pikirannya beranggapan keliru.
Kalau kita renungkan, kaya-miskin dan baik-jahat itu sebenarnya tidak bisa disamakan kedudukannya alias dua hal yang berbeda yang satu kondisi bersifat materi dan yang satunya bersifat immateri. Orang kaya bisa jadi jahat, bisa jadi juga baik. Begitu juga orang miskin, bisa jadi jahat, bisa jadi juga baik. Jadi ada orang kaya jahat, ada orang kaya baik, ada orang miskin jahat dan ada orang miskin baik. Itu tergantung pribadi masing-masing.
Celakanya, anggapan keliru itu diwariskan kepada anak bahkan cucunya dengan menceritakan pengalamannya yang sebenarnya belum tentu dialami oleh anak atau cucunya. Akibatnya anak cucunya secara tidak sadar menyimpan ”virus” berupa anggapan yang keliru dalam alam bawah sadarnya.
T. Harv Eker dalam bukunya ”Secret of Millionaire Mind” mengungkapkan mengapa banyak orang yang berusaha untuk kaya, tetapi tidak pernah kaya. Hal itu disebabkan pikiran bawah sadarnya yang terkena virus warisan ”melawan” keinginan dan usahanya. Pikiran bawah sadarnya masih menyimpan anggapan bahwa orang kaya itu jahat tetapi dalam alam sadarnya ia berkeinginan untuk menjadi orang kaya dan bekerja keras untuk bisa menjadi kaya. Apa urgensinya pikiran bawah sadar digambarkannya dalam skema seperti berikut :
P > T > F > A = R
(P=programming, T=thoughs, F=feelings, A=action, R=result)
“Program” bawah sadar Anda mempengaruhi pikiran Anda, pikiran Anda mempengaruhi perasaan Anda, perasaan Anda mempengaruhi tindakan Anda dan tindakan Anda mempengaruhi hasil yang Anda dapatkan
T. Harv Eker memberi perumpamaan pikiran bawah sadar itu seperti akar pohon. Kita mengetahui bahwa buah yang manis dan besar, itu dihasilkan oleh akar pohon yang baik. Oleh karena itu penting untuk memeriksa apa yang ada di pikiran bawah sadar kita dan meluruskannya.
“Money is a result, wealth is a result, health is a result, illness is a result, your weight is a result. We live in a world of cause and effect. If you want to change the fruits, you will first have to change the roots. If you want to change the visible, you must first change the invisible.” (T. Harv Eker)
Namun lebih dari 1400 tahun yang lalu Muhammad Rasullulah s.a.w sudah menyampaikan :
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap tegak sedikit pun.” (QS Ibrahim 24-26)
Menurut ayat tersebut pangkal yang mempengaruhi hasil adalah kalimah. Kalimah (Arab) = kata-kata (
Jika dimodifikasi skema di atas bisa ditambahkan menjadi sebagai berikut :
W > P > T > F > A = R
(W=words, P=programming, T=thoughs, F=feelings, A=action, R=result)
Dengan demikian maka perkataan kita dalam kehidupan sehari-hari itu sangatlah penting untuk dijaga. Sebagaimana tuntunan dan contoh Muhammad s.a.w. bahwa bertutur kata itu haruslah baik, tidak saja makna kata-kata yang baik, tetapi cara bertutur kata juga harus baik.
Berkata-katalah dengan kata-kata yang baik dan bertutur kata dengan cara yang baik, dengan demikian mudah-mudahan amal kita (action) akan menjadi baik. Jangan puas jadi orang kaya, tetapi puaslah menjadi orang kaya yang baik dan banyak beramal. Mengapa? Karena balasan kebaikan kita itu jauh lebih banyak dari apa yang kita kerjakan.
Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS Albaqarah 261)
The More You Give – The More You Get. Bukankah tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah? FUNtastic…….
0 comments:
Posting Komentar